berkumpul dengan ketujuh siswanya, yaitu diantara : Soeratman, Goenawan, Prawirosoeparto, Soeharto, Soedjono, Ngalimin, dan Soetardi untuk melakukan menembah bersama-sama dengan perantara Pakde Narto dari Sang Guru Sejati, diantara isi dari ajaran tersebut adalah:
Begitulah sabda Sang Guru Sejati pada tanggal 20 Mei 1949 tersebut, yang dicatat oleh Goenawan dibantu oleh Pakde Narto.
Setelah menerima sabda dari sang guru sejati, para siswa mengadakan perundingan dan menghasilkan koorganisasian kepengurusan sementara pada waktu itu yang tersusun sebgai berikut:
Ketua : Goenawan
Penulis : Soetardi
Bendahara : Soeratman
Pembantu-pembantu : Prawirosoeparto, Soeharto, Soedjono, Ngalimin.
Adapun Pakde Narto sendiri sebagai Paranpara, sesuai dengan sabda Sang Guru Sejati.
Setelah susunan kepengurusan sementara terbentuk, para siswa merundingkan nama yang akan dipakai sebagai nama perkumpulan mereka.
Banyaknya saran dan usulan yang diajukan, di antaranya Pak Goenawan yang mengusulkan nama “Traju Tresna”. Akan tetapi, dari sekian banyak usul itu belum ada satu yang bekenan dihati Bapak Paranpara Pakde Narto, sehingga akhirnya Pakde Narto Ngesti (memohon pepadang) kepada Sang Guru Sejati. Kemudian pakde Narto menerima sabda agar perkumpulan ini diberi nama “ Paguyuban Ngesti Tunggal “ atau sering
[5] Ibid, p. 105
Kembali bagian 2
Lanjut ke bagian 4
“ Wahai siswa-Ku sekalian yang percaya sebarluaskan ajaran-Ku ini kepada sanak saudaramu, keluargamu, serta sahabat-sahabatmu, tapi sekali-kali janganlah dengan pamrih dan paksaan “. [5]
Begitulah sabda Sang Guru Sejati pada tanggal 20 Mei 1949 tersebut, yang dicatat oleh Goenawan dibantu oleh Pakde Narto.
Setelah menerima sabda dari sang guru sejati, para siswa mengadakan perundingan dan menghasilkan koorganisasian kepengurusan sementara pada waktu itu yang tersusun sebgai berikut:
Ketua : Goenawan
Penulis : Soetardi
Bendahara : Soeratman
Pembantu-pembantu : Prawirosoeparto, Soeharto, Soedjono, Ngalimin.
Adapun Pakde Narto sendiri sebagai Paranpara, sesuai dengan sabda Sang Guru Sejati.
Setelah susunan kepengurusan sementara terbentuk, para siswa merundingkan nama yang akan dipakai sebagai nama perkumpulan mereka.
Banyaknya saran dan usulan yang diajukan, di antaranya Pak Goenawan yang mengusulkan nama “Traju Tresna”. Akan tetapi, dari sekian banyak usul itu belum ada satu yang bekenan dihati Bapak Paranpara Pakde Narto, sehingga akhirnya Pakde Narto Ngesti (memohon pepadang) kepada Sang Guru Sejati. Kemudian pakde Narto menerima sabda agar perkumpulan ini diberi nama “ Paguyuban Ngesti Tunggal “ atau sering
[5] Ibid, p. 105
Kembali bagian 2
Lanjut ke bagian 4