b. Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Qur’an ada 6 :
- Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar bagi Nabi SAW sedang Hadits Qudsi bukan.
- Al-Qur’an redaksi dan maknanya langsung dari Allah SWT sedang Hadits Qudsi maknanya dari Allah SWT dan redaksinya dari Nabi SAW
- Dalam sholat, Al-Qur’an merupakan bacaan yang diwajibkan sehingga tidak sah sholat seseorang kecuali dengan bacaan Al-Qur’an ,hal ini tidak berlaku di Hadits Qudsi.
- Menolak Al-Qur’an merupakan perbuatan kufur, berbeda dengan penolakan Hadits Qudsi.
- Al-Qur’an diturunkan melalui perantara malaikat Jibril sedang Hadits Qudsi diberikan langsung kepada Nabi baik melalui ilham maupun mimpi.
- Perlakuan/sikap seseorang terhadap Al-Qur’an diatur oleh beberapa aturan, seperti keharusan bersuci dari hadats ketika memegang dan membacanya, serta tidak boleh menyalin kedalam bahasa lain tanpa ditulis aslinya, hal ini tidak berlaku pada hadits Qudsi . “Aku sangat murka kepada orang yang melakukan kedholiman(menganiaya)terhadap orang yang tidak ada pembelaanya selain aku.”(HR.At Thabrani).
BAB III
HADITS DI MASA PRA KODIFIKASI
A. Hadits pada masa Rosululloh SAW
Periode Rosululloh SAW merupakan periode pertama sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadits. Masa ini berlangsung selama 23 tahun,mulai tahun 13 SH s/d 11H bertepatan dengan tahun 632 M masa ini merupakan kurun waktu turun wahyu dan sekaligus sebagai masa pertumbuhan hadits.
1. Beberapa petunjuk Rosululloh SAW.
Dalam suatu majelis ilmu Rosululloh adalah guru atau Pembina bagi sahabatnya. Beliau mengajarkan segala aspek ajaran Alloh SWT, sesuai dengan kedudukannya sebagai rosul terakhir.hal ini sesuai dengan firmannya dalam beberapa ayat,antara lain dalam surat Al-qalam ayat 4, An-nissa 113, Al-jum’ah 2.
2. Cara menyampaikan hadits
Ada beberapa tehnik rosul untuk menyampaikan hadits kepada para sahabat, yang di sesuaikan dengan kondisi mereka.
Pertama, melalui para jama’ah pada pusat pembinaannya yang di sebut majelis Al-‘ilmi, melalui majelis ini para sahabat banyak memperoleh peluang untuk menerima hadits.
Kedua, dalam banyak kesempatan Rosululloh SAW juga menyampaikan haditsnya melalui para sahabat tertentu, yang kemudian oleh sahabat tersebut di sampaikan kepada yang lain. Hal ini karena ketika ia menwurujkan suatu hadits sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja.
Ketiga, melalui ceramah di tempat terbuka seperti ketika haji wada’ dan fathul makkah.
Keempat, melalui perbuatan langsung yang di saksikan oleh para sahabatnya seperti praktek-praktek ibadah dan muamalah.
3. Keadaan para sahabat dalam menerima dan menguasai hadits.