Masyarakat Arab sebelum Islam adalah masyarakat yang hidup dengan kebebasan, dan belum mengenal tentang aturan keagamaan.
Masyarakat Mekah pada masa itu masih percaya dengan keyakinan nenek moyangnya, yaitu menyembah benda mati seperti berhala.
Selain itu, masih banyak masyarakat Mekah yang memiliki perilaku buruk seperti meminum minuman keras, merampok, mengganggu orang lain, dan perilaku-perilaku keji lainnya.
Hingga akhlrnya, Allah Swt. mengutus seorang Nabi dan Rasul yang menuntun mereka kepada jalan kebenaran yaitu Islam.
Perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam berdakwah di tanah Mekah tidaklah mudah, beliau mengalami berbagai macam tantangan dan kendala.
Penjelasan selengkapnya akan dibahas lebih lanjut dalam bab pertama ini. Simaklah uraian berikut dengan saksama!
Kondisi Bangsa Arab
1 . Kehidupan Sosial Masyarakat
Sebelum datangnya Islam ke tanah Arab, masyarakat Arab hidup dengan kondisi yang memprihatinkan dalam hal kehidupan sosial. Pasalnya, masyarakat Arab memiliki
perilaku tercela.
Masa-masa itu disebut dengan masa jahiliyah. Dalam Islam jahiliyah adalah julukan bagi bangsa Arab zaman dahulu yang hidup dengan perilakuperilaku tercela yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
Perilaku jahiliyah masyarakat Arab sangatlah kejam, seperti menyembah patung, menguburkan anak perempuan hidup-hidup, minum arak/khamar, berjudi dan merampok, yang saat itu terjadi di tengah-tengah masyarakat Arab.
Di sisi Iain, masyarakat Arab sangat menyukai bidang kesenian atau kesusastraan. Mereka suka sekali membuat karya-karya seni seperti syair puisi, dan pada waktu itu para penyair dianggap sebagai orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi di mata mereka.
2. Kepercayaan Masyarakat Arab
Awal mula kepercayaan bangsa Arab adalah penganut agama tauhid, mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.
Akan tetapi kepercayaan tersebut bergeser dengan menyembah berhala, bermula dari Amir bin Lubai dari suku Khuza'ah, yang membawa berhala dari Syiria dan meletakkannya di Kakbah.
Berhala yang mereka sembah antara lain, Hubal, Latta, Uzza, dan Manna. Mereka meyakini bahwa berhala tersebut menjadi perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya.
Jumlah berhala yang mereka buat mencapai 360 berhala, yang diletakkan mengelilingi Kakbah. Sehingga menjadikan Kakbah (Mekah) sebagai pusat penyembahan berhala.
Penyembahan berhala banyak terjadi terhadap nama-nama orang saleh pada zaman Nabi Nuh AS.
Setelah orang-orang saleh tersebut wafat dan ilmunya telah hilang, maka dibuatlah patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan. Itulah awal mula mereka menyembah berhala dan berpaling dari ketauhidan kepada Allah Swt.
3. Perekonomian Masyarakat Arab
Masyarakat Arab khususnya Badui, menggantungkan hidupnya dengan berternak. Mereka berpindah-pindah tempat tinggal untuk mencari tanah yang subur, yang sedang mengalami musim hujan, dan memiliki padang rumput untuk menghidupi ternak mereka.
Mereka juga menjual hewan ternak dan hasil olahannya, seperti daging, susu, dan bulu domba untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat Arab yang hidup di daerah subur, seperti Yaman, Thaif, Madinah, Nejd, dan Khaibar menggantungkan hidupnya dalam bidang pertanian, namun sebagian besar bertahan hidup dengan berniaga atau berdagang.
Tanah Arab yang dikelilingi oleh kota dan kerajaan, membuat perekonomian bangsa Arab lebih berkembang di bidang perniagaan.
Sebagian besar barang dagangan mereka di ekspor ke berbagai negara lain, seperti India, Tiongkok, bahkan Indonesia. Perniagaan bangsa Arab dikuasai penduduk Mekah setelah kaum penjajah tidak dapat menguagai perekonomian di Jazirah Arab.
Suku Quraisy adalah penduduk Mekah yang mempunyai peran penting dalam perniagaan. Mereka sering mengadakan perjalanan jauh untuk mengirim barang dagangannya ke daerah lain.